Langsung ke konten utama

Bila tidak ingin anakmu membiarkanmu di usia tua, rawatlah kedua orangtuamu Sekarang !!!

Bila tidak ingin anakmu membiarkanmu di usia tua, rawatlah kedua  orangtuamu dengan ikhlas

Ada pepatah Bila kita menamam kebaikan pasti akan menuai pahala  dan sebaliknya.

Mari simak  kisah seorang anak yang tidak mau merawat  kedua orang tuanya, orang tuanya yang renta dan lumpuh , selain merasa memberatkan untuk mengurus  ayahnya yang renta seorang anak merasa malu dari pergaulan teman-temannya.

Pada suatu hari dia merencanakan untuk membuang bapaknya yang sudah tua dan renta itu. Dari mulai pagi hingga siang bapak nya di gendong melewati hutan dan bukit, istirahat sebentar dan pergi lagi, dari bukit satu melewati bukit-bukit berikutnya, kira-kira menjelang sore tiba disuatu bukit dimana dia merasa kelelahan dan cape menggendong bapaknya dan istirahatlah di atas batu, bapaknya yang renta dibaringkan diatas batu lalu di beri sedikit air minum dengan tekad yang bulat dia mau membuang  orang tuanya.

Diatas batu tubuh yang renta itu berbaring, anaknya menatap bapaknya dan ingin mengatakan selamat tinggal buat bapaknya.

Dengan berurai air mata bapaknya bicara sama anaknya,

"Nak, kalo kamu mau buang ayah sudahlah  di batu ini saja, ayah tidak akan minta kembali kerumah kamu, biar sisa hidup ayah di batu ini saja, 
lalu anaknya bertanya, kok ayah tau bahwa ayah akan di buang oleh ku dan ayah minta di batu ini tempat terakhir ayah hidup.

Nak, kenapa ayah minta di batu ini tempat terakhir hidup ayah dan kenapa ayah tidak marah dan tidak minta kembali kerumah dan ayah tidak minta kebaikan dari mu Nak?

Nak, ini bentuk menebus dosa ayah terhadap kakek mu, "Dulu kakekmu  ayah buang diatas batu ini, ayah ingin mengenang kakek mu ditempat ini, ayah ingin bertobat dan memohon ampunnan terhadap yang maha kuasa, ayah ikhlaskan kalo kamu mau buang ayah di batu ini.

Tak berpikir panjang lagi ayahnya yang berbaring diatas batu di gendong kembali  oleh anaknya, semberi berkecamuk dalam benaknya adalah mungkin suatu saat dia juga akan dibuang oleh anaknya sendiri, karena seperti dia membuang bapaknya, karena bapaknya dulu membuang kakeknya.
Sesampai di rumah ayahnya yang renta dibaringkan dikasur yang empuk yang selama ini belum pernah dirasakan oleh ayahnya atas kebaikan anaknya terhadap dirinya.

Hikmah dari cerita diatas adalah, jangan salahkan anak kita bila disaat kita sudah tua, anak kita tidak memperdulikan atau merawat kita, karena ketika masih kuat masih jaya kita tak pernah merawat orang tua .
Selagi orang tua masih ada Rawatlah  dan jagalah dengan baik dan ikhlas, jangan pernah sedikitpun mengeluh atau mempersalahkan orangtua yang seakan-akan dulu tidak sayang pada anda.
Sejauh manakah kita sudah memberi manfaat kepada kedua orang tua? sudahkah kita menjadi kebanggaan kedua orang tua?

Beberapa hari yang lalu saya  ngobrol  dengan teman yang baru beberapa bulan ditinggal mamanya, dia bercerita kepada saya betapa sangat menyesalnya hidup dan merasa tidak berartinya hidup buat mamanya, bagaimana dia sampai bercerita demikian, karena ketika masih ada dia tidak pernah memijit mamanya padahal mamanya selalu minta dipijitin ketika pulang dari kebun, saat rematiknya kambuh,  dia tidak pernah mengangkatkan air walau seemberpun untuk air minumnya, bahkan yang lebih menyakitkan adalah sering melupakan untuk member makan yang enak padahal dia sering makan – makan yang enak – enak. 

Dan dia menambahkan cerita pada saya,  kalo saat ini ibu masih ada apapun yang dia minta pasti akan dia berikan' itulah ungkapan penyesalannya, namun katanya sekarang ibu sudah tidak butuh lagi pijatan yang dulu sering beliau mintakan ketika rematiknya kambuh, sudah tidak butuh lagi makanan yang enak yang dulu sering dimintakan dan tak butuh lagi bantuan untuk mengangkat air dari sumur tuanya. 

Maha Suci Alloh, bukakanlah hati kami untuk merawat dan menjaga kedua orang tua, maha suci Alloh, maafkan dosa-dosa kedua orangtua kami Ya Alloh, Berilah Rahmatmu Ya Alloh dan selamatkanlah kedua orang tua kami di dunia dan di akherat, Amiin Ya Robbalalamin.

Komentar